Defenisi/Pengertian, Unsur, Prinsip, Fungsi, Konsep Karya Seni Rupa Seni Budaya
Defenisi/Pengertian Karya Seni Rupa
Karya Seni rupa merupakan cabang seni yang direalisasikan dan diwujudkan melalui media rupa (visual) yang tentunya bisa dipandang oleh mata dan umumnya bisa pula dirasakan} melalui sentuhan. Intinya, bentuk rupa merupakan penghantar utamanya bagi cabang seni ini, bukan suara atau bunyi seperti pada seni musik, atau gerakan tubuh pada seni tari. misalnya yaitu lukisan, patung, kerajinan tangan, dan lain lainnya sebagainya.
Aktivitas penciptaan seni rupa (murni, desain, dan kria) yang mementingkan kreativitas, sangat memerlukan keberanian bereksperimen. Ada perupa yang bereksperimen dalam penyajian bentuk seni (menciptakan bentuk baru), sementara perupa lain bereksperimen dalam memilih dan mengkombinasikan aspek konseptual penciptaan seni. Ada pula perupa yang melakukan eksperimen dengan memodifikasi konvensi seni, desain, dan kria yang ada, dan, yang terakhir ada perupa yang benar-benar bereksperimen menciptakan karya seni yang benar-benar baru.
Dalam konteks proses kreatif, Guilford dalam Semiawan, Dimensi Kreatif dalam Filasafat Ilmu menyebutkan; sifat fluensi, fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi, dan redefinisi adalah kemampuan yang perlu dikembangkan melalui aktivitas eksperimen. Fluensi terkait langsung dengan kesigapan, kelancaran, dan kemampuan melahirkan banyak gagasan. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam memecahkan masalah. Sedangkan orisinalitas adalah kemampuan mencetuskan gagasan-gagasan asli. Dan redefinisi adalah kemampuan merumuskan batasan-batasan dari sudut pandang lain dari pada cara-cara yang sudah lazim. Misalnya lukisan secara konvensional didefinisikan sebagai karya seni dua dimensioanal, batasan ini dianggap oleh sebagian pelukis kreatif mengekang kreativitas. Dengan sengaja mereka membuat lukisan dalam wujud tiga dimensional (bentuk piramid tiga dimensi). Ini adalah redefinisi bentuk seni.
Unsur - Unsur Karya Seni Rupa
Jikalau mengamati bentuk karya seni rupa sangatlah terlihat pada rupa karya seni seperti gambar, lukisan, atau patung. Umpamanya bagaimana elemen garis melingkar tersusun pada sebuah lukisan. Kemudian elemen warna mengisi garis melingkar dengan warna oranye. Seperti garis dan warna itulah Elemen pada sebuah karya Seni Rupa
Prinsip-Prinsip Seni Rupa
Apabila kita mengamati eksistensi seni rupa pada karya, katakanlah elemen dan warna pada lukisan, hal yang demikian dipresentasikan dengan pelbagai sistem untuk menerima efek tertentu. Umpamanya, gunung pada lukisan berjajar dengan bentuk dan warna yang mirip dan serasi agar terlihat lebih blend atau sepadan. Perlakuan hal yang demikian ialah prinsip kesatuan.
Seni Rupa Berdasarkan Jenis dan Bentuknya
Seni rupa terbagi pula berdasarkan Jenis dan bentuknya. Ada karya Seni Rupa 2 Dimensi dan karya Seni Rupa 3 Dimensi. Pengertian Karya Seni Rupa 3 dimensi merupakan karya seni rupa yang mempunyai tiga ukuran sisi, artinya medianya mempunyai kedalaman atau ruang ketiga. Seni rupa 3d mempunyai cara kerja berkarya yang berbeda dan prioritas prinsip yang berbeda dari seni 2d yang mana meliputi medium, bahan karya, teknik pengerjaan karya seni rupa 2 dimensi.
Fungsi dan Tujuan Karya Seni Rupa
Fungsi seni rupa tentunya berguna pada individu pencipta seni rupa sendiri. Fungsi ini hanya dapat diperoleh oleh perupa murni saja untuk menyalurkan ekspresi dan gagasannya. Akan tetapi hakikatnya para pelaku desain atau seni terapan lain juga bisa memilikinya. Misalnya bagaimana prototyping suatu rancangan desain produk bisa bermanfaat bagi desainernya, sebagai rujukan dasar untuk mempermudah pengerjaan perancangan berikutnya yang akan dijual di pasar atau kepada konsumen tertentu.
![]() |
Sumber: Buku Affandi, Suatu Jalan Baru dalam Ekspresionisme Gambar 2.2 Affandi, Potret Diri dengan Matahari, 1977, cat minyak pada kanvas, 99 x 125 cm |
Seni Rupa Berdasarkan Masa
Seni rupa terus berkembang atau berubah dari masa ke masa beraneka kebaruan yang menyelubungi zaman. Pada masa lalu, lukisan ialah salah satu bentuk dokumentasi utama, akan tetapi berkembanganya zaman dan majunya teknologi, lukisan bergeser dan tergantikan oleh kamera. Secara umum seni rupa menjadi tiga masa, berikut ini penjelasannya.
Seni Rupa Tradisional
Seni rupa tradisional yakni seni yang secara turun-temurun dijaga orisinilitas, teknik, adat tradisi, budaya, adat istiadat,kultur tertentu. Budaya Adat, Istiadat, Kebiasaan, Kultur menjadi kata kunci utama bagi karya seni rupa tradisional.
Seni Rupa Modern
Seni rupa modern yaitu seni yang tak terbatas pada adat tradisi, budaya, adat istiadat,kultur atau adat istiadat suatu daerah tertentu layaknya seni rupa tradisional. Seni modern mulai memaksimalkan seni rupa berdasarkan mindset atau filsafat, ilmu dan prinsip-prinsip seni yang lebih mapan.
Seni Rupa Kontemporer
Seni kontemporer yakni seni yang terikat pada masa dan konteks situasi sekitar atau seni yang tengah berjalan saat ini atau sekitar tahun dan abad ini. Jikalau mengamati bentuk karya seni rupa sangatlah terlihat pada rupa karya seni seperti gambar, lukisan, atau patung. Umpamanya bagaimana elemen garis melingkar tersusun pada sebuah lukisan. Kemudian elemen warna mengisi garis melingkar dengan warna oranye. Seperti garis dan warna itulah Elemen pada sebuah karya Seni Rupa
Konsep Karya Seni Rupa
Penciptaan Seni Rupa Murni
Penciptaan seni rupa murni merupakan kegiatan berkarya seni lukis, seni patung, seni grafis, seni serat, dan lain-lain, untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman kehidupan menjadi perwujudan visual dilandasi kepekaan artistik. Kepekaan artistik mengandung arti, memerlukan kemampuan mengelola atau mengorganisir elemen-elemen visual untuk mewujudkan gagasan menjadi karya nyata.
a. Aspek Konseptual
Penemuan Sumber Inspirasi
Titik tolak penciptaan karya seni rupa murni adalah penemuan gagasan. Kita harus memiliki gagasan yang jelas dalam mengekspresikan pengalaman artistik. Sumbernya; (1) berasal dari realitas internal, perambahan kehidupan spiritual (psikologis) kita sendiri. Misalnya harapan, cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, kepribadian dan pengalaman-pengalaman kejiwaan lain yang kadangkala belum teridentifikasi dengan bahasa. Dengan kata lain, gagasan seni timbul dari kebutuhan kita sebagai manusia untuk berekspresi. (2) berasal dari realitas eksternal, yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan (tema religius), hubungan pribadi kita dengan sesama (tema sosial: keadilan, kemiskinan, nasionalisme), hubungan pribadi kita dengan alam (tema: lingkungan, keindahan alam) dan lain sebagainya.
Untuk mengekspresikan penghayatan nilai-nilai internal atau eksternal dengan tuntas, kita perlu mempertimbangkan kecenderungan umum minat dan selera seni kita sendiri. Misalnya kita dapat mencermati karya-karya yang telah kita buat selama studi. Kecenderungan yang dapat kita pilih adalah (1) bentuk figuratif, yakni karya seni rupa yang menggambarkan figur yang kita kenal sebagai objek-objek alami, manusia, hewan, tumbuhan, gunung, laut dan lain-lain yang digambarkan dengan cara meniru rupa dan warna benda- benda tersebut. (2) bentuk semi figuratif, yakni karya seni rupa yang “setengah figuratif ”, masih menggambarkan figur atau kenyataan alamiah, tetapi bentuk dan warnanya telah mengalami distorsi, deformasi, stilasi, oleh perupa. Jadi bentuk tidak meniru rupa sesungguhnya, tetapi dirubah untuk kepentingan pemaknaan, misalnya, bentuk tubuh manusia diperpanjang, atau patung dewa yang bertangan banyak, bentuk gunung atau arsitektur yang disederhanakan atau digayakan untuk mencapai efek estetis dan artistik. (3) bentuk nonfiguratif, adalah karya- karya seni rupa yang sama sekali tidak menggambarkan bentuk-bentuk alamiah, jadi tanpa figur atau tanpa objek (karenanya disebut pula seni rupa non objektif ). Karya- karya seni rupa non figuratif, jadinya merupakan susunan unsur-unsur visual yang ditata sedemikian rupa untuk menghasilkan satu karya yang indah. Istilah lain menyebut karya seni rupa non figuratif adalah karya seni abstrak. Pada umumya karya abstrak yang berhasil adalah karya yang memiliki “bentuk bermakna”. Artinya sebuah karya seni yang memiliki kapasitas membangkitkan pengalaman estetis bagi orang yang mengamatinya. Dengan kata lain karya seni yang dapat membangkitkan perasaan yang menyenangkan, yaitu rasa keindahan.
Pada umumnya karya seni rupa murni menganut prinsip estetika tertentu. Kita harus dapat mengidentifikasi cita rasa keindahan yang melekat pada karya-karya yang pernah kita ciptakan. Pada tahap ini, kita perlu menetapkan prinsip estetika yang paling sesuai untuk mengungkapkan pengalaman kita. Alternatif prinsip estetika yang dapat dipilih ialah: (1) pramodern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas merepresentasi bentuk-bentuk alam, atau aktivitas pelestarian kaidah estetik tradisional (2) modern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas kreatif, yang mengutamakan aspek penemuan, orisinalitas, dan gaya pribadi atau personality. (3) posmodern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas permaianan tanda yang hiperriil dan ironik, sifatnya eklektik (meminjam dan memadu gaya seni lama) dan menyajikannya sebagai pencerminan budaya konsumerisme masa kini.
b. Aspek Visual Karya Seni Rupa
Untuk
mewujudkan aspek konseptual
Menjadi karya visual, perlu ditegaskan lebih spesifik dalam subject matter,
masalah pokok atau tema seni yang akan diciptakan. Misalnya tema sosial:
kemiskinan, dengan pilihan objek “pengemis”. Tema perjuangan:
dengan pilihan objek “Pangeran Diponegoro”, tema religius: lukisan
kaligrafi dengan objek “ayat tertentu”, dan lain sebagainya.
Objek-objek tersebut dapat divisualisasikan dengan berbagai cara,
pilihlah unsur- unsur rupa (garis, warna, tekstur, bidang,
volume, ruang), sesuai dengan kebutuhan interes seni, interes bentuk
dan prinsip estetika yang telah ditetapkan dalam aspek
konseptual.
Komposisi
Hasil seleksi unsur-unsur rupa dikelola, ditata, dengan prinsip-prinsip
tertentu, baik terhadap setiap unsur secara tersendiri
maupun dalam hubungannya dengan bentuk atau warna. Dengan memperhatikan
empat prinsip pokok komposisi, yaitu: proporsi, keseimbangan, irama, dan
kesatuan untuk memperlihatkan karakteristik keunikan pribadi kita.
Dalam penciptaan karya seni, karakteristik atau ciri khas seorang perupa merupakan faktor bawaan, yang menandai sifat unik karya yang diciptakannya. Misalnya Raden Saleh, Basoeki Abdullah dan S. Soedjojono, meskipun sama-sama melukis dengan gaya realisme, karyanya akan sangat berlainan karena unsur gaya pribadi. Karya Raden Saleh menghadirkan suasana dramatis aristokratis, karya Basoeki Abdullah memperlihatkan idealisasi keindahan yang permai, sedangkan karya S. Soedjojono menghadirkan suasana heroisme dan nasionalisme. Dalam aktivitas pembelajaran seni rupa, gaya pribadi akan lebih mudah terlihat apabila kebebasan berkreasi diberikan, sehingga karya-karya siswa dengan sendi- rinya memperlihatkan keberagaman gaya seni sesuai kepribadiannya masing-masing.
c. Aspek Operasional Karya Seni Rupa
Langkah-langkah kerja dalam keseluruhan proses perwujudan karya dimulai dari penetapan bahan, peralatan utama dan pendukung, serta teknik-teknik dalam memperlakukan bahan dengan peralatannya. Seluruh proses dikelompokkan ke dalam tiga tahap: (1) Tahap persiapan. pengadaan dan pengolahan bahan utama, bahan pendukung, dan pengadaan peralatan. (2) Tahap Pelaksanaan, berkenaan dengan pengalaman artistik, aktivitas proses kreasi dari awal hingga selesai. (3) Tahap akhir, karya seni rupa yang sudah diciptakan, masih membutuhkan tindakan-tindakan khusus supaya siap dipamerkan. Jenis karya seni rupa tertentu memerlukan pembersihan menyeluruh, lapisan pengawet (coating), atau lembaran kaca dan bingkai. Jenis lain membutuhkan kemasan. Semuanya harus digarap dengan baik, sampai sebuah karya seni rupa dikatakan siap pamer.
Nah itulah penjelasan tentang Defenisi/Pengertian, Unsur, Prinsip, Fungsi, Konsep Karya Seni Rupa yang bisa menjadi bahan referensi untuk teman-teman sekalian, semoga bermanfaat dan terimakasih sudah membaca artikel ini blog https://worldcryptocurenccy.blogspot.com/