KUDETA JERMAN NAZI DI PULAU NIAS 1942
Kudeta Jerman Nazi di Pulau
Nias 1942. Yaahowu Ono Niha,
Pernahkah anda berpikir bahwa Hormat NAZI pernah Bergema di Pulau Nias? Petualangan Interniran Jerman di Pulau Nias apakah benar adanya? Lalu
dimanakah Lokasinya??? Yukk kita belajar sejarah Nias. Kudeta Jerman Nazi di Pulau
Nias 1942 adalah sebuah pemberontakkan orang-orang Jerman Nazi di Pulau Nias
yang merupakan tempat penahanan diri mereka oleh Belanda.Kisah tawanan Jerman buat Pulau Nias merdeka dari Belanda
Kudeta Jerman Nazi di Pulau
Nias 1942. Tanggal 10 Mei 1940. Perang
Dunia II semakin memanas di Eropa. Setelah negaranya diserang oleh pasukan
penerjun payung Jerman, Ratu Belanda, Wilhelmina dievakuasi ke London bersama
anggota penting pemerintahan. Orang-orang Jerman yang bekerja di Hindia-Belanda
pun ditangkapi lalu diinternir dalam berbagai kamp, misalnya di Ngawi, Jawa
Timur.
Mei 1940, kabar jatuhnya Belanda ke
tangan Nazi Jerman menggemparkan seluruh negeri jajahan. Kota Rotterdam hancur
lebur digempur pasukan Hitler. Perlawanan tentara Belanda berhasil dimatikan.
Ratu Wilhelmina pun terpaksa kabur ke London, Inggris pada 15 Mei 1940.
Jatuhnya Negeri Belanda itu
menimbulkan keresahan di kalangan pejabat tinggi di seluruh wilayah jajahannya,
terutama di Hindia Belanda yang memiliki kekayaan alam melimpah.
Menurut Nino Oktorino dalam Nazi di Indonesia: Sebuah Sejarah yang
Terlupakan, dalam keadaan seperti itu Gubernur Jenderal A.W.L. Tjarda
van Starkenborgh Stachouwer langsung mengumumkan keadaan darurat di Hindia
Belanda.
Sebelum Perang Dunia II
meletus, orang-orang Jerman di Hindia-Belanda aktif dalam berbagai profesi,
dari dokter, pengusaha, manajer, guru dan lain-lain. Kendati tidak semua, sebagian
besar dari mereka menunjukkan dukungannya kepada Adolf Hitler dan partai Nazi
Jerman.
Pada 8 September 1941,
Angkatan Laut Jepang menyerang Pearl Harbour di Hawaii. Kapal-kapal perang
Amerika Serikat tengelam, menandai dimulainya Perang Pasifik, atau yang biasa
dikenal sebagai Perang Asia Timur Raya di Indonesia. Pasukan Jepang pun dengan
cepat menyerang Kalimantan dan Sulawesi.
Di Gunungsitoli, kota
tertua dan terbesar di Nias, setidaknya ada 60-an orang Jerman jadi tawanan.
Kota ini diperintah oleh Visser sebagai kontrolir, jabatan bagi seorang pegawai
pemerintah Hindia Belanda di bawah asisten residen. Ada juga satu regu
veldpolitie alias polisi lapangan
Kisah tawanan Jerman buat Pulau Nias merdeka dari Belanda. Pemerintahan Belanda
pun mengangkut orang-orang Jerman di kamp internir ke India, yang saat itu
dikuasai oleh Inggris. Tanggal 19 Januari 1942, berangkatlah kapal penumpang
"Van Imhoff" yang mengangkut 477 orang Jerman dari Pelabuhan Sibolga.
Belum lama setelah
lepas berlabuh, pesawat pengintai Angkatan Laut Jepangmenemukan "Van
Imhoff", mengebom dan menengelamkannya. Seratus sepuluh orang Belanda
beserta pengawas interniran menggunakan sekoci-sekoci yang ada untuk
menyelamatkan diri, meninggalkan tahanan Jerman di lambung kapal. Perbuatan ini
kelak akan dicap sebagai kejahatan perang Belanda. Tidak ada lagi sekoci, hanya
ada satu kapal kerja dan sejumlah rakit. Menggunakan apa yang ada, para tahanan
Jerman pun mencoba menyelamatkan diri.
Pada 22 Januari 1942,
kapal penyelamat mencapai pulau Nias, membawa 36 orang Jerman yang masih hidup.
Mereka tidur di pantai. Seorang yang tidak tahan lagi menderita bunuh diri
dengan menggantung lehernya di pohon. Sisanya melanjutkan perjalanan hingga
sebuah kampung.
Setelah 2 hari
perjalanan, mereka sampai di Kampung Hilisimaetano. Setelah dirawat di rumah
sakit setempat, mereka pun dibawa ke Gunung Sitoli, ibu kota Pulau Nias. Di
sana terdapat Asisten Residen Belanda, seorang kontrolir, satu regu polisi
(veldpolitie), sekelompok misionaris. Misionaris Jerman yang bekerja untuk Rheinische
Mission di Nias juga diinternir. Mayoritas penduduk Nias menganut agama Kristen
Protestan.
Keesokan harinya,
sebuah sekoci membawa 14 orang internir Jerman. Kelompok ini dibawa berjalan
kaki ke Gunung Sitoli dan ditahan bersama kelompok yang datang sebelumnya.
Mereka diawasi oleh veldpolitie.
Dua bulan kemudian,
komandan tentara KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger), Letjen Ter Poorten
menyerah pada tentara Jepang yang dipimpin Letjen Imamura. Tentara KNIL di
Sumatra Utara dan Tapanuli pun menyerah. Orang-orang Belanda di Nias pun kini
bertanya-tanya, apa yang harus mereka perbuat sekarang.
Di dalam tahanan,
rupanya seorang tawanan bernama Albert Vehring mampu bersekongkol dengan
anggota polisi pribumi yang jadi sipir penjara. Si polisi sudah muak terhadap
majikan Belanda-nya. Menurut Visser, penjagaan di penjara ini lemah. Begitu
juga gudang senjata milik pemerintah kolonial.
Pada tanggal 29 Maret
1942, internir Jerman yang ditahan di barak-barak meloloskan diri, dibantu oleh
pengawas yang tidak puas. Terjadilah tembak-tembakan sengit. Keadaan kini
berbalik, orang-orang Belanda kini yang diinternir, bersama lima orang Inggris.
Keesokan harinya, dua
kapal kecil Belanda yang datang untuk mengambil beras untuk pasukan Jepang pun
berlabuh di Nias. Kedua kapal itu diambil alih oleh orang Jerman. Kaptennya,
orang Belanda, beserta orang-orang Indonesia awaknya pun kini ditahan oleh
orang Jerman. Dr. Heidt, seorang dokter, mengambil alih kepemimpinan atas Pulau
Nias. Hari berikutnya, orang-orang Eropa bukan-Jerman ditangkapi oleh
orang-orang Jerman di Hilisimaetano. 

Pulau Nias Saksi Bisu Kudeta Nazi Tahun 1942. Seorang Jerman bernama
Fischer yang dipanggil sebagai "Perdana Menteri" pun membuat insignia
swastika Nazi. Mereka memutuskan untuk mengontrak sekutu mereka, yakni pasukan
Jepang di Tapanuli. Pada 5 April 1942, sekelompok tahanan Belanda pun
diberangkatkan ke Sibolga. Mereka pun ditangkap oleh pasukan Jepang. Kelompok
kedua diberangkatkan seminggu setelahnya, bersama dengan 22 orang Jerman.
Mereka, kecuali sang komandan dipisahkan oleh untuk dievakuasi ke Jepang.
Pada tanggal 17 April,
tentara Jepang pun mendarat di Pulau Nias. Mereka disambut dengan
bendera-bendara, gerbang kehormatan, dan nyanyian Indonesia Raya. Waktu itu,
masih ada 37 orang Jerman di sana. Kesemuanya memberikan hormat Nazi.
Tanggal 20 April adalah
hari ulang tahun Adolf Hitler. Orang-orang Jepang dan Jerman di Pulau Nias pun
merayakannya bersama, dengan tiga kali seruan Banzai, dan tiga kali Sieg Heil.
Keesokan harinya,
pasukan Jepang menduduki Telok Dalam, lalu Hilisimaetano. Dengan demikian,
pendudukan Jepang di Pulau Nias pun selesai. Orang-orang Eropa, kecuali
beberapa pasien yang terluka parah dan Dr. Heidt di Pulau Nias pun
diberangkatkan bersama sekelompok pasukan Jepang ke Sibolga. "Pemerintahan
interim" Jerman di Pulau Nias pun berakhir, dengan penguasaan penuh
Jepang. Dr. Heidt, sosok yang memimpin "kudeta" di Pulau Nias pun
akhirnya bunuh diri pada bulan Agustus karena kesepian.
Sumber
- "Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia". www.goodreads.com.
- a b Matanasi, Petrik. "Kudeta Orang-Orang (Nazi) Jerman di Pulau Nias".
- wikipedia